Jakarta, seruu.com - Direktur Eksekutif Indo Barometer Muhammad Qodari mengatakan majunya Ani untuk jadi capres dari Partai Demokrat dianggap sesuatu yang masuk akal secara politik. Dikarenakan SBY tidak bisa maju lagi dan Demokrat perlu figur untuk menjaga kemenangan suara.
“Putra sulung SBY Agus Harimurti Yudhoyono dinilai masih terlalu muda, begitu juga dengan Edhie Baskoro Yudhoyono. Kalau Marzuki Alie, nama belakangnya bukan Yudhoyono. Anas Urbaningrum juga bukan Anas Yudhoyono. Karena itu, Ani Yudhoyono adalah figur yang paling berpeluang,” ujarnya.
Dia pun menegaskan bahwa figur capres yang berasal dari keluarga mantan presiden adalah sesuatu yang wajar di dalam perpolitikan di kawasan Asia Pasifik dan Amerika Selatan. Seperti halnya di Filipina dimana keluarga besar Marcos dan Aquino ikut bertarung di pemilu langsung.
“Dan yang paling nyata kemenangan pemilihan presiden di Argentina yang dimenangkan oleh Christina Fernandez De Kirchner yang tak lain adalah istri dari mantan Presiden Argentina, Nestor Kirchner. Jadi sangat mungkin Ani bisa melaju, dikarenakan istrinya SBY,” ucapnya.
Apalagi, masih kata Qodari, kiprah Ani Yudhoyono di dunia politik sudah berlangsung sejak Partai Demokrat dibentuk. Saat Subur Budhisantoso menjabat sebagai ketua umum, Ani Yudhoyono merupakan wakilnya.
“Tidak banyak yang tahu bahwa Ani Yudhoyono adalah Wakil Ketua Umum Partai Demokrat pertama. Saat itu, Ani Yudhoyono dipilih untuk mengirim 'pesan' kepada rakyat bahwa Partai Demokrat adalah partainya SBY. Karena saat itu belum banyak masyarakat yang mengenal Partai Demokrat, sementara popularitas SBY jauh lebih tinggi dari Partai Demokrat,” ujarnya.
Tergantung SBY
Namun demikian, Qodari menjelaskan amannya langkah Ani untuk melaju jadi capres dan bisa menang seperti yang terjadi di Argentina adalah, tergantung dari suaminya, SBY. “Kalau memang Ani mau maju dan menang, maka Presiden SBY harus bisa membuktikan perbaikan ekonomi di negeri ini. Jika gagal, maka akan berdampak pula pada kegagalan istrinya jika ingin melaju jadi capres
Perlu diketahui, kemenangan Christina itu dikarenakan suaminya telah sukses membawa perbaikan ekonomi di negerinya. Jadi istrinya pun dipercaya oleh rakyatnya untuk meneruskan program suaminya,” ungkapnya.
Sebelumnya IndoBarometer merilis bahwa pihaknya telah melakukan survei Prospek Calon Presiden 2014-2019 pada 9 sampai 20 Agustus 2010. Survei dilaksanakan di 33 provinsi di seluruh Indonesia dengan jumlah responden sebesar 1.200 orang. Margin of error sebesar kurang lebih sekitar 3,0 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen.
Survei dilakukan dengan pertanyaan tertutup 10 nama. Dalam pertanyaan ini, nama SBY tidak dicantumkan. Nama SBY diganti dengan nama istrinya, Ani Yudhoyono. Hasilnya, Megawati menempati urutan pertama (21,8 persen), Prabowo Subianto (15,5 persen), Wiranto (8,7 persen), Aburizal Bakrie (5,6 persen), Muhaimin Iskandar (3,5 persen), Ani Yudhoyono (3,4 persen), Surya Paloh (3,3 persen), Hatta Rajasa (2,0 persen), Suryadharma Ali (0,3 persen), dan Luthi Hasan Ishaaq (0,3 persen).
Meski dimungkinkan kalah dari Ical dan Prabowo, peluang Ani masih bisa mengalahkan Surya Paloh, Hatta Rajasa (Ketum PAN), Suryadharma Ali (Ketum PPP), dan Luthi Hasan Ishaaq (Presiden PKS).
3/related/default
SITUS POLITIK INDONESIA