SITUS POLITIK, Jakarta - Masyarakat saat ini kecewa pada kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Bila pimpinan KPK mendatang bisa menyelesaikan empat kasus, yang saat ini tengah menjadi sorotan, diharapkan kepercayaan publik pada lembaga ini kembali ada.
Trimedya Pandjaitan menyatakan hal itu saat diskusi Sindo Radio, bertajuk "Cari Pimpinan KPK aja Kok Repot?", di Warung Daun, Jakarta, Sabtu (26/11). "Saya pikir masyarakat sejak awal kecewa pada KPK, tapi bila empat kasus diselesaikan mudah-mudahan mereka kembali percaya."
Politisi PDI Perjuangan ini merinci detail empat kasus yang menjadi PR KPK itu. Pertama, kasus korupsi yang melibatkan Nunun Nurbaiti. Sejak awal, pihaknya menilai KPK tidak serius melakukan penyelidikan terhadap kasus cek perjalanan, saat pemilihan Deputi Gubernut Senior Bank Indonesia Miranda S Goeltom, pada 2004. KPK hanya sibuk mengurusi penerima cek, namun yang memberinya sama sekali "tidak disentuh".
"Sebanyak 42 anggota DPR diadili sebagai penerima, tapi pemberinya tidak. Jadi siapa pemberi, setan atau siapa ini?" tegasnya. Seharusnya, KPK serius menyelidiki pada sisi pemberinya juga, bukan seperti saat ini. "Kasus ini, sangat berpengaruh apalagi soal cek perjalanan bagi PDI Perjuangan."
Kedua, kasus dana talangan Bank Century. Korupsi dana talangan ini ditengarai melibatkan partai yang tengah berkuasa. Namun, lagi-lagi proses penyelidikannya belum juga tuntas. Tim Pengawas DPR atas kasus ini pun cenderung "masuk angin".
Selanjutnya, kasus yang ketiga adalah mafia pajak, menyusul terungkapnya Gayus Tambunan. Meski pelaku Gayus sudah dijatuhi hukum penjara, namun penyelidikan KPK tidak sampai menyentuh kasus yang besarnya alias big fish. Sudah dipastikan, Gayus hanyalah satu di antara pelaku mafia pajak yang lebih besar.
Terakhir adalah kasus Wisma Atlet di Palembang yang melibatkan M Nazaruddin. Upaya KPK dalam membongkar kasus ini pun berhenti pada Nazaruddin. KPK belum menemukan "aktor lain" yang terlibat. Meski pelaku dalam kesaksiannya menyebut sejumlah petinggi di negeri ini, lagi-lagi KPK tanpa melakukan gebrakan.
Ketika ditanyakan soal Capim KPK harapan PDI P, Trimedya menyebut duet Busyro dan Bambang Widjojanto ideal. Meski sebelumnya Busyro dinilai tidak mampu menyelesaikan pemberantasan korupsi, namun dinilai masih penting diperhitungkan.
"Untuk ketua saya rasa Busyro ini masih patut dipertimbangkan, masih 50-50 lah perbincangan pak Bambang dan pak Busyro adalah ketua," ujarnya.
Trimedya menilai, dengan kepemimpinan Bambang atau Busyro dan beberapa komposisi capim KPK Lainnya diharapkan KPK bisa lebih memiliki keberanian untuk membongkar kasus-kasus korupsi yang selama ini ditangani dan belum diselesaikan KPK. [AM]
Trimedya Pandjaitan menyatakan hal itu saat diskusi Sindo Radio, bertajuk "Cari Pimpinan KPK aja Kok Repot?", di Warung Daun, Jakarta, Sabtu (26/11). "Saya pikir masyarakat sejak awal kecewa pada KPK, tapi bila empat kasus diselesaikan mudah-mudahan mereka kembali percaya."
Politisi PDI Perjuangan ini merinci detail empat kasus yang menjadi PR KPK itu. Pertama, kasus korupsi yang melibatkan Nunun Nurbaiti. Sejak awal, pihaknya menilai KPK tidak serius melakukan penyelidikan terhadap kasus cek perjalanan, saat pemilihan Deputi Gubernut Senior Bank Indonesia Miranda S Goeltom, pada 2004. KPK hanya sibuk mengurusi penerima cek, namun yang memberinya sama sekali "tidak disentuh".
"Sebanyak 42 anggota DPR diadili sebagai penerima, tapi pemberinya tidak. Jadi siapa pemberi, setan atau siapa ini?" tegasnya. Seharusnya, KPK serius menyelidiki pada sisi pemberinya juga, bukan seperti saat ini. "Kasus ini, sangat berpengaruh apalagi soal cek perjalanan bagi PDI Perjuangan."
Kedua, kasus dana talangan Bank Century. Korupsi dana talangan ini ditengarai melibatkan partai yang tengah berkuasa. Namun, lagi-lagi proses penyelidikannya belum juga tuntas. Tim Pengawas DPR atas kasus ini pun cenderung "masuk angin".
Selanjutnya, kasus yang ketiga adalah mafia pajak, menyusul terungkapnya Gayus Tambunan. Meski pelaku Gayus sudah dijatuhi hukum penjara, namun penyelidikan KPK tidak sampai menyentuh kasus yang besarnya alias big fish. Sudah dipastikan, Gayus hanyalah satu di antara pelaku mafia pajak yang lebih besar.
Terakhir adalah kasus Wisma Atlet di Palembang yang melibatkan M Nazaruddin. Upaya KPK dalam membongkar kasus ini pun berhenti pada Nazaruddin. KPK belum menemukan "aktor lain" yang terlibat. Meski pelaku dalam kesaksiannya menyebut sejumlah petinggi di negeri ini, lagi-lagi KPK tanpa melakukan gebrakan.
Ketika ditanyakan soal Capim KPK harapan PDI P, Trimedya menyebut duet Busyro dan Bambang Widjojanto ideal. Meski sebelumnya Busyro dinilai tidak mampu menyelesaikan pemberantasan korupsi, namun dinilai masih penting diperhitungkan.
"Untuk ketua saya rasa Busyro ini masih patut dipertimbangkan, masih 50-50 lah perbincangan pak Bambang dan pak Busyro adalah ketua," ujarnya.
Trimedya menilai, dengan kepemimpinan Bambang atau Busyro dan beberapa komposisi capim KPK Lainnya diharapkan KPK bisa lebih memiliki keberanian untuk membongkar kasus-kasus korupsi yang selama ini ditangani dan belum diselesaikan KPK. [AM]
Komentar
Posting Komentar
SITUS POLITIK INDONESIA