- Buntut Penolakan Eksplorasi Migas DesaTanjung, Sumenep
SITUSPOLITIKINDONESIA- SUMENEP|Istighosah
dan Do’a bersama untuk kelanjutan eksplorasi drilling di sumur ENC-1 Desa
Tanjung, Kecamatan Saronggi kemarin berjalan tidak kondusif. Ratusan warga
malah dengan sengaja membentangkan baliho ukuran jumbo menentang eksplorasi
dilanjutkan. Bahkan puluhan ibu-ibu
menangis histeris meminta pemerintah kabupaten tidak melanjutkan kegiatan
pengeboran di desa mereka.
Istighasah
di buka dengan pembacaan surat Alfatihah, oleh KH.Ahmad Basyir, pengasuh pondok
pesantren Annuqayah Guluk-Guluk dan selanjutnya istighasah di pimpin oleh
KH.Fayyad As’ad pengasuh Pondok Pesantresn Salafiyah Karay, Kecamatan Ganding,
yang saat ini kebetulan menjabat sebagai Ketua Dewan Syuro PKB Sumenep. Di
barisan pertama tampak bupati Sumenep,Busyro Karim dan sejumlah pejabat ,
kemudian Hanif wakil ketua DPRD, dan Elan Biantoro, Kepala Badan Pelaksana
Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas) Perwakilan Jawa, Bali, dan
Nusa Tenggara. Sementara di bawah terop, tampak beberapa kiyai muda juga hadir
dalam acara tersebut, diantaranya K.Sufyan, K.RIfki dan KH.Jurjiz Muzammil yang
merupakan pentolan dari Forum Kiyai Muda (Forkim). Acara ini di jaga ketat oleh
ratusan aparat kepolisian Sumenep.
Usai
istighosah dan do’a bersama sejumlah ibu-ibu yang sejak pagi menahan emosinya,
tiba-tiba bangkit dari tempat duduk mereka dan langsung merangsek sambil berteriak
histeris. Hal ini membuat ratusan ibu-ibu yang ikut istighosah itu ikut
menjerit dan menangis. Mereka meminta kegiatan eksplorasi harus tetap
dihentikan.
Bahkan
salah satu dari kaum perempuan terlihat maju kedepan mengambil microphone dan
mencerca pihak perusahaan migas sambil mengeluarkan sejumlah uang 50 ribuan
sebanyak sepuluh lembar. Ia menyebut uang itu diberi seseorang, agar dirinya
tidak lagi menentang dan berkoar-kora di tempat istighosah dan do’a bersama.
Hasil pengamatan Memo, uang tersebut lalu diserahkan ke Kompol Edy Purwanto, Kabag Ops Polres Sumenep, sebagai bentuk
penolakan.
“Semalam
saya diberi uang oleh seseorang agar saya tidak lagi bicara lantang dan
berkoar-koar menolak dilanjutkannya eksplorasi migas di Desa Kami. Meski saya
seorang janda, saya masih mampu mencari biaya hidup kami tanpa bantuan dari
perusahaan migas”, kata Juhariyah, sambil memperlihatkan uang Rp.500.000 di
depan ribuan peserta istghosah dan do’a
bersama kemarin, Senin (2/7).
Akibat
penolakan tersebut tampak Bupati Sumenep Busyro Karim lesu darah dan langsung
pergi meninggalkan lokasi tanpa sedikitpun member sambutan kepada warga.
Sementara diluar lokasi, tampak puluhan warga menyerbu dan hendak mengamuk
terhadap kepala desa mereka, yang dianggap sebagai biang kerok. Mendapat
serangan dari puluhan warga, Slamet,Kepala Desa Tanjung,
Kecamatan Saronggi memilih pergi meninggalkan
lokasi. Namun langkahnya terus dikejar warga hingga ratusan meter kearah barat.
Mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, akhirnya petugas mengawalnya
untuk kemudian Slamet di larikan dengan menggunakan mobil kearah barat.
Sementara Kepala Badan Pelaksana Kegiatan
Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas) Perwakilan Jawa, Bali, dan Nusa
Tenggara, Elan Biantoro, yang menyaksikan langsung kejadian tersebut, pada koran
Memo mengaku sangat prihatin, karena suara kiyaipun sepertinya sudah tidak
dihargai lagi oleh sejumlah masyarakat dalam kegiatan istighosah dan do’a
bersama itu.
Namun demikian, pihaknya tidak bias berkomentar banyak, karena
masalah di Tanjung itu sepenuhnya ada di pihak PT.EML. “Saya hanya menjalankan
tugas dan mengabdi pada Negara. Mengenai apakah eksplorasi dihentikan atau
tidak itu terserah dari pihak EML. Tapi kalau menurut saya, jika masyarakat
paham dan bijak menanggapai masalah eksplorasi migas ini, pada akhirnya
masyarakat sendiri yang akan menikmati hasilnya. Taruh contoh di Bojonegoro,
masyarakat disana sudah makmur dengan adanya eskplorasi dan eskploitasi migas”,
katanya dengan penuh prihatin, Senin (2/7). (fr/yy)
Komentar
Posting Komentar
SITUS POLITIK INDONESIA